STATISTIK DASAR
"ANALISIS REGRESI"
blog ini dibuat untuk memenuhi tugas statistik dasar
dosen pengampuh: Apit Fathurohman, S.Pd.,M.Si
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian analisis
Regresi
Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang
dapat digunakan untuk mengetahui pola
hubungan antara
dua atau lebih variabel.
Istilah regresi
yang berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir Francis Galton pada tahun 1877, sehubungan
dengan
penelitiannya
terhadap tinggi
manusia, yaitu antara tinggi anak dan tinggi orang tuanya. Dalam penelitiannya, Galton menemukan bahwa tinggi anak dan
tinggi orang tuanya cenderung meningkat atau menurun dari
berat rata-rata populasi. Garis yang menunjukkan hubungan
tersebut
disebut garis regresi.
Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada analisis itu
kesulitan dalam
menunjukkan
slop
(tingkat perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya dapat ditentukan). Jadi dengan analisis regresi, peramalan atau perkiraan
nilai variabel terikat
pada nilai
variabel bebas
lebih akurat pula. Karena merupakan suatu prediksi,
maka nilai prediksi
tidak selalu tepat dengan
nilai
riilnya, semakin
kecil
tingkat
penyimpangan antara
nilai prediksi
dengan nilai
riilnya, maka semakin
tepat persamaan
regresi yang dibentuk.
Dapat disimpulkan
bahwa analisis regresi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kemungkinan bentuk hubungan antara variabel- variabel, dengan tujuan pokok dalam penggunaan metode ini adalah untuk meramalkan atau memperkirakan
nilai dari suatu variabel lain yang diketahui.
2.2
Tujuan analisis Regresi
adalah meramalkan atau memperkirakan nilai
dari suatu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain diketahui
melalui persamaan garis regresi.
2.3 Persamaan Regresi
Persamaan Regresi (regression equation) adalah suatu
persamaan matematis yang mendefenisikan hubungan antara dua
variabel. Persamaan regresi yang digunakan untuk membuat taksiran mengenai variabel dependen disebut
persamaan regresi estimasi, yaitu suatu
formula matematis yang menunjukkan hubungan keterkaitan
antara satu atau beberapa variabel yang
nilainya
sudah
diketahui dengan satu variabel yang nilainya belum diketahui.
Sifat hubungan antar variabel dalam persamaan regresi merupakan hubungan sebab akibat (causal
relationship). Oleh karena itu, sebelum menggunakan
persamaan regresi dalam mejelaskan hubungan antara
dua atau lebih variabel, maka perlu diyakini terlebih dahulu bahwa secara teoritis atau perkiraan sebelumnya, dua atau lebih variabel tersebut memiliki hubungan sebab akibat.
Variabel
yang nilainya
akan
mempengaruhi nilai variabel
lain disebut dengan variabel bebas (independent variabel), sedangkan variabel yang nilainya
dipengaruhi oleh nilai variabel lain disebut variabel terikat (dependent variabel).
Ada dua jenis Persamaan Regresi Linier, yaitu sebagai berikut :
1. Analisis Regresi Sederhana (simple analisis regresi)
2. Analisis Regresi Berganda (multiple analisis regresi)
2.2.1 REGRESI
LINIER SEDERHANA
a. Hubungan Antarvariabel
Hubungan antarvariabel dapat berupa
hubungan linier ataupun hubungan tidak linier. Misalnya, berat badan
laki-laki dewasa sampai pada taraf
tertentu bergantung pada tinggi badan, keliling lingkaran bergantung pada
diameternya, dan tekanan gas bergantung pada suhu dan volumenya.
Hubungan-hubungan itu bila dinyatakan dalam bentuk matematis akan memberikan
persamaan-persamaaan tertentu.
Untuk dua variable, hubungan liniernya
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan linier, yaitu:
y= a+bx
Keterangan :
Y, X = variabel
a, b = bilangan
konstan (konstanta)
Hubungan antara dua variabel pada
persamaan linier jika digambarkan secara grafis (scatter diagram), semua nilai Y dan X akan berada pada suatu garis
lurus. Dalam ilmu ekonomi, garis itu disebut garis regresi.
Karena antara Y dan X memiliki
hubungan, maka nilai X dapat digunakan
untuk menduga atau meramal nilai Y. Dalam hal ini, X disebut variabel bebas,
yaitu variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lain.
Hubungan
antarvariabel yang akan dipelajari disini hanyalah hubungan linier sederhana, yaitu hubungan yang hanya
melibatkan dua variabel (X dan Y) dan berpangkat satu.
b. Persamaan Garis Regresi Linier Sederhana
Regresi yang berarti peramalan,
penaksiran, atau pendugaan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir
Francis Galton (1822-1911) sehubungan dengan penelitiannya terhadap tinggi
manusia. Penelitian tersebut membandingkan antara tinggi anak laki-laki dan
tinggi badan ayahnya.
Analisis regresi juga digunakan untuk
menentukan bentuk hubungan antar variabel. Tujuan utama dalam penggunaan
analisis itu adalah untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari satu
variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain yang diketahui melalui
persamaan garis regresinya.
Untuk populasi, persamaan garis regresi
linier sederhananya dapat dinyatakan dalam bentuk:
Keterangan:
rata-rata Y bagi X tertentu.
konstanta atau parameter atau koefisien
regresi populasi
Karena populasi jarang diamati secara
langsung, maka digunakan persamaan regresi linier sederhana sampel sebagai
penduga persamaan regresi linier sederhana populasi. Bentuk persamaannya adalah
Keterangan:
= penduga bagi
variabel terikat (variabel yang diduga)
= variabel bebas (variabel yang diketahui)
= penduga parameter A dan B = koefisien
regresi sampel
=
intersep (nilai Y, bila X = 0)
=
slop (kemiringan garis regresi)
Persamaan
memberikan arti jika variabel X mengeluarkan
satu satuan maka variabel Y akan mengalami peningkatan atau penurunan sebesar 1
b.
Untuk membuat peramalan, penaksiran, atau pendugaan dengan
persamaan regresi, maka nilai
dan b harus ditentukan terlebih dahulu. Dengan
metode kuadrat terkecil (least square), nilai
dan b dapat ditentukan dengan rumus berikut.
2.4PENDUGAAN
DAN PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI
2.4.1
Kesalahan Baku Regresi dan Koefisien Regresi Sederhana
Kesalahan baku atau selisih taksir
standar merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan
regresi (pendugaan) dan koefisien regresi (penduga) atau mengukur variasi
titik-titik observasi di sekitar garis regresi. Dengan kesalahan baku, batasan
seberapa jauh melesetnya perkiraan kita dalam meramal data dapat diketahui.
Apabila semua titik observasi berada tepat pada garis regresi maka kesalahan
baku akan bernilai sama dengan nol. Hal itu berarti perkiraan yang kita lakukan
terhadap data sesuai dengan data yang sebenarnya,
Berikut ini rumus-rumus yang secara langsung digunakan untuk
menghitung kesalahan baku regresi dan koefisien regresi.
1. Untuk regresi, kesalahan bakunya
dirumuskan:
2. Untuk koefisien regresi
(penduga
),
kesalahan bakunya dirumuskan:
3. Untuk koefisien regresi
(penduga
),
kesalahan bakunya dirumuskan:
2.4.2 Pendugaan
Interval Koefisien Regresi (Parameter A dan B)
Pendugaan interval bagi parameter A dan
B menggunakan distribusi t dengan derajat kebebasan (db) = n – 2.
1. Pendugaan interval untuk parameter A
Untuk parameter A, pendugaan intervalnya menggunakan:
Atau dalam bentuk sederhana:
Artinya: dengan interval keyakinan
dalam jangka panjang, jika sampel
diulang-ulang,
kasus pada interval
sampai dengan interval
akan berisi A yang benar.
2. Pendugaan interval untuk parameter B
Untuk parameter B, pendugaan intervalnya dirumuskan:
Atau dalam bentuk sederhana:
Artinya:
dengan interval keyakinan
dalam jangka panjang, jika sampel
diulang-ulang,
kasus pada interval
sampai dengan interval
akan berisi B yang benar.
2.4.3 Pengujian
Hipotesis Koefisien Regresi (Parameter A dan B)
Pengujian hipotesis bagi parameter A dan B menggunakan uji t, dengan langkah-langkah pengujian
sebagai berikut:
1.
Menentukan
formula hipotesis
1.
Untuk parameter A:
2.
Untuk parameter B:
,
mewakili nilai B tertentu, sesuai hipotesisny.
,
jika
,
berarti pengaruh X terhadap Y adalah positif.
,
jika
,
berarti pengaruh X terhadap Y adalah negatif.
,
jika
,
berarti X mempengaruhi Y.
3. Menentukan taraf nyata (
)
dan nilai t tabel.
Taraf nyata dan nilai t tabel
ditentukan dengan derajat bebas (db) = n – 2.
4.
Menentukan
kriteria pengujian
1.
diterima apabila
ditolak apabila
2.
diterima apabila
ditolak apabila
3.
diterima apabila
ditolak apabila
atau
4.
Menentukan
nilai uji statistik
1.
Untuk parameter A
2.
Untuk parameter B
3.
Membuat
kesimpulan
Menyimpulkan apakah
diterima atau ditolak.
Catatan:
1.
Dari
kedua koefisien regresi A dan B, koefisien regresi B, yaitu koefisien regresi
sebenanya adalah yang lebih penting, karena dari koefisien ini, ada atau tidak
adanya pengaruh X terhadap Y dapat diketahui.
2.
Khusus
untuk koefisien regresi B, pengujian hipotesisnya dapat juga dirumuskan sebagai
berikut:
2.5
PERAMALAN (PREDIKSI)
sebagai penduga memiliki nilai yang mungkin
sama atau tidak sama dengan nilai sebenarnya. Untuk membuat
sebagai penduga yang dapat dipercaya, maka
dibuat pendugaan bagi Y dengan menggunakan penduga
itu sendiri. Dengan demikian,
sebagai penduga dapat digunakan sebagai
peramalan atau prediksi.
Ada tiga bentuk peramalan sehubungan
dengan penduga
tersebut, yaitu sebagai berikut.
2.5.1
Peramal Tunggal
Peramalan tunggal atau prediksi titik dirumuskan:
2.5.2 Peramalan Interval Individu
Peramalan interval individu atau prediksi interval bagi Y
dirumuskan:
= nilai
untuk X = X0
2.5.3 Peramalan Interval Rata-rata
Peramalan interval rata-rata atau
prediksi interval bagi E(Y) dirumuskan:
2.6
KOEFISIEN KORELASI LINIER SEDERHANA
2.6.1 Pengertian Koefisien Korelasi
(KK)
Koefisien
korelasi merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan
(kuat, lemah, atau tidak ada) hubungan antarvariabel.
Koefisien korelasi ini memiliki nilai antara -1 dan +1
.
1.
Jika
KK bernilai positif, maka variabel-variabel berkorelasi positif. Semakin dekat
nilai KK ini ke +1 semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
2.
Jika
KK bernilai negatif, maka variabel-variabel berkolerasi negatif. Semakin dekat
nilai KK ini ke -1 semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
3.
Jika
KK bernilai 0 (nol), maka variabel-variabel tidak menunjukkan korelasi.
4.
Jika
KK bernilai +1 atau -1, maka variabel menunjukkan korelasi positif atau negatif
yang sempurna.
Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antarvariabel
tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai dari KK sebagai patokan>
1.
KK
= 0, tidak ada korelasi.
2.
0
< KK
0,20, korelasi sangat rendah/lemah sekali.
3.
0,20
< KK
0,40, korelasi rendah/lemah tapi pasti.
4.
0,40
< KK
0,70, korelasi yang cukup berarti/sedang.
5.
0,70
< KK
0,90, korelasi yang tinggi/kuat.
6.
0,90
< KK < 1,00, korelasi sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan.
7.
KK
= 1, korelasi sempurna.
2.6.2 Jenis-jenis Koefisien Korelasi
Jenis-jenis koefisien korelasi yang sering digunakan adalah
koefisien korelasi Pearson, koefisien korelasi Rank Spearman, koefisien
korelasi Konteingensi, dan koefisien penentu (KP).
1.
Koefisien
Korelasi Perason
Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengukur keeratan
hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk data interval atau rasio.
Disimbolkan dengan r dan dirumuskan:
Nilai dari koefisien korelasi (r) terletak antara -1 dan +1
.
1.
Jika
r = +1, terjadi korelasi positif
sempurna antara variabel X dan Y.
2.
Jika
r = -1, terjadi korelasi negatif
sempurna antara variabel X dan Y.
3.
Jika
r = 0, tidak terdapat korelasi antara
variabel X dan Y.
4.
Jika
0 < r < +1, terjadi korelasi
positif antara variabel X dan Y.
5.
Jika
-1 < r < 0, terjadi korelasi
negatif antara variabel X dan Y.
2.
Koefisien
Korelasi Rank Spearman
Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengukur keeratan
hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk data ordinal (data
bertingkat). Disimbolkan dengan rs
dan dirumuskan:
Keterangan:
d = selisih ranking X dan Y
n = banyaknya pasangan data
2.5.3
Koefisien
Korelasi Kontingensi
Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengukur keeratan
hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk data nominal (data
kualitatif). Disimbolkan dengan C dan
dirumuskan:
Keterangan:
= kai kuadrat
= jumlah semua frekuensi
2.5.4
Koefisien
Penentu (KP) atau Koefisien Determinasi (R)
Apabila koefisien korelasi dikuadratkan, akan menjadi
koefisien penentu (KP) atau koefisien determinai, yang artinya penyebab
perubahan pada variabel Y yang datang dari variabel X, sebesar kuadrat
koefisien korelasinya. Koefisien penentu ini menjelaskan besarnya pengaruh
nilai suatu variabel (variabel X) terhadap naik/turunnya (variasi) nilai
variabel lainnya (variabel Y). Dirumuskan:
Keterangan:
KK = koefisien korelasi
Nilai koefisien penentu ini terletak
antara 0 dan +1
.
Jika koefisien korelasinya adalah koefisien korelasi Pearson (r), maka
koefisien penentunya adalah:
Dalam bentuk rumus, koefisien penentu
(KP) dituliskan:
2.7
HUBUNGAN KOEFISIEN KORELASI DENGAN KOEFISIEN
REGRESI
Antara koefisien korelasi (r) dan
koefisien regresi (b), terdapat hubungan. Hubungan tersebut dalam bentuk rumus
dituliskan:
2.8
PENDUGAAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
KOEFISIEN KORELASI POPULASI (
)
Koefisien korelasi populasi dari
variabel X dan Y yang keduanya merupakan variabel random dan memiliki
distribusi bivariat, dirumuskan:
Cov (X,Y) =
= E(XY) – E(X). E(Y)
Dalam
prakteknya, koefisien korelasi populasi (
)
tidak diketahui, namun dapat diduga dengan koefisien korelasi sampel (r). Dengan demikian, r merupakan penduga dari
.
2.8.1 Pendugaan Koefisien Korelasi Populasi
Pendugaan koefisien korelasi populasi (interval keyakinan
)
menggunakan distribusi Z. Pendugaannya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
mengubah koefisien korelasi sampel r
menjadi nilai Zr, yang dalam bentuk persamaan dituliskan:
Variabel Zr akan mendekati distribusi normal
dengan rata-rata dan varians sebagai berikut:
Untuk
,
pendugaan intervalnya secara umum dirumuskan:
Atau:
Dengan melakukan transformasi nilai
,
maka diperoleh pendugaan interval bagi koefisien korelasi populasi (
)
dengan tingkat keyakinan
.
Selain
menggunakan pendugaan interval
,
interval bagi koefisien korelasi populasi (
)
dapat pula dibuat dengan menggunakan tabel hubungan antara Zr dan r.
2.8.2 Pengujian Hipotesis Koefisien
Korelasi Populasi (
)
1.
Untuk
asumsi 𝝆=𝟎
Pengujian hipotesis dengan asumsi
menggunakan distribusi t sebagai uji
statistiknya. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan formula hipotesis
(tidak ada hubungan antara X dan Y)
(ada hubungan positif)
(ada hubungan negatif)
(ada hubungan)
2.
Menentukan taraf nyata (
) bserta t tabel, dengan derajat bebas
(db)=n-2
atau
3.
Menentukan kriteria pengujian
1.
Untuk
dan
:
1.
diterima jika
,
2.
ditolak jika
3.
Untuk
dan
:
1.
diterima jika
,
2.
ditolak jika
3.
Untuk
dan
:
1.
diterima jika
,
2.
ditolak jika
atau
3.
Menentukan nilai uji statistik
4.
Membuat kesimpulan
Menyimpulkan
diterima atau ditolak (sesuai dengan kriteria
pengujian).
2.
Untuk asumsi
Pengujian hipotesis dengan asumsi
menggunakan distribusi Z sebagai uji
statistiknya. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan formula hipotesis
(
)
(
)
(
)
(
)
2.
Menentukan taraf nyata (
) beserta Z tabel
atau
3.
Menentukan kriteria pengujian
1.
Untuk
dan
:
1.
diterima jika
,
2.
ditolak jika
2. Untuk
dan
:
1.
diterima jika
,
2.
ditolak jika
3.
Untuk
dan
:
1.
diterima jika
,
2.
ditolak jika
atau
3.
Menentukan nilai uji statistik
4.
Membuat kesimpulan
Menyimpulkan H0
diterima atau ditolak (sesuai dengan kriteria pengujian).
2.9 REGRESI DAN KORELASI LINEAR DATA BERKELOMPOK
2.9.1
Regresi Linier Data Berkelompok
Untuk data yang tersusun dalam distribusi frekuensi
bivariabel (data berkelompok dengan dua veriabel), persamaan regresi linearnya
berbentuk:
Dengan
Keterangan:
M = rata-rata hitung sementara, biasanya diambil titik
tengah dengan frekuensi terbesar.
= interval kelas X
= interval kelas Y
= frekuensi kelas X
= frekuensi kelas Y
2.9.2 Koefisien Korelasi Linier Data Berkelompok
Untuk data yang tersusun dalam distribusi frekuensi
bivariabel, koefisien korelasinya dirumuskan:
REGRESI LINEAR BERGANDA
DAN REGRESI (TREND) NONLINEAR
HUBUNGAN LIBIH DARI DUA
VARIABEL REGRESI LINEAR BERGANDA :
Apabila
terdapat lebih dari dua variabel, maka hubungan linear dapat dinyatakan dalam
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
Y’=
b0 + b1X1 + b2X2 + . . .
+ bkXk
Disini
ada satu variabel tidak bebas, yaitu Y’ dan ada k varibel bebas, yaitu X1,
. . . , Xk.
Untuk
menghitung b0, b1, b2, . . . , bk
kita gunakan metode kuadrat terkecil yang menghasilkan persamaan normal sebagai
berikut :
b0
n + b1 SX1 + b2 SX2 + . . . + bk SXk = SY
b0
SX1 + b1 SX1 X1 + b2
S X1X2 + . . . +
bk S
X1Xk = SX1Y
b0
SX2 + b1 SX1 X2 + b2
S X2X2 + . . . +
bk S
X2Xk = SX2Y
. . . . .
. . . . .
. . . . .
b0
SXk + b1 SX1 Xk + b2
S X2Xk + . . . +
bk S
XkXk = SXkY
Kalau
persamaan ini dipecahkan, kita akan memperoleh nilai b0, b1,
b2, . . . , bk. Kemudian dapat dibentuk persamaan regresi
linear berganda. Apabila persamaan regresi itu telah diperoleh, barulah kita
dapat meramalkan nilai Y dengan syarat kalau nilai X1, X2,
. . . ., Xk sebagai variabel bebas sudah diketahui.
Misalkan:
k =2, maka Y’ = b0 + b1X1 + b2X2,
satu variabel tak bebas(Y), dan dua variabel bebas (X1 dan X2),
maka b0, b1, dan b2 dihitung dari persamaan
normal berikut :
b0
n + b1 SX1 + b2 SX2 = SY
b0
SX1 + b1 SX1 X1 + b2
S X1X2 = SX1Y
b0
SX2 + b1 SX1 X2 + b2
S X2X2 = SX2Y
Persamaan
diatas dapat dinyatakan dalam persamaan matriks berikut :
Variabel
b dapat diselesaikan dengan cara sebagai
berikut :
Dimana
:
det(A)
= (n) (SX1X1)
(SX2X2) + (SX1) (SX1X2) (SX2) + (SX2) (SX1) (SX1X2)
–
(SX2)
(SX1X1) (SX2) – (SX1X2) (SX1X2) (n) – (SX2X2) (SX1) (SX1)
det(A0)
= (SY) (SX1X1) (SX2X2) + (SX1) (SX1X2) (SX2Y) + (SX2) (SX1Y) (SX1X2)
– (SX2Y) (SX1X1) (SX2) – (SX1X2) (SX1X2) (SY) –
(SX2X2)
(SX1Y) (SX1)
det(A1)
= (n) (SX1Y)
(SX2X2) + (SY) (SX1X2) (SX2) + (SX2) (SX1) (SX2Y)
– (SX2) (SX1Y) (SX2) – (SX2Y) (SX1X2) (n) – (SX2X2) (SX1) (SY)
det(A2)
= (n) (SX1X1)
(SX2Y) + (SX1) (SX1Y) (SX2) + (SY) (SX1) (SX1X2)
– (SX2) (SX1X1) (SY) – (SX1X2) (SX1Y) (n) – (SX2Y) (SX1) (SX1)
TREND PARABOLA :
Garis
trend pada dasarnya adalah garis regresi di mana variabel bebas X merupakan
variabel waktu. Baik garis regresi maupun trend dapat berupa garis lurus maupun
tidak lurus. Persamaan garis trend parabola adalah sebagai berikut : Y’ = a +
bX + cX2
Perhatikan
bahwa bentuk persamaa seperti persamaan garis regresi linear berganda adalah Y’
= b0 + b1X1 + b2X2, di
mana b0 = a, b1 = b, b2 = c, X1 =
X, dan X2 = X2.
Dengan
demikian cara menghitung koefisien a, b, dan c sama seperti menghitung b0,
b1, dan b2, yaitu menggunakan persamaan normal sebagai
berikut :
a n + b SX + c SX2 = SY
a SX + b SX2 + c SX3 = SXY
a SX2 + b SX3 + c SX4 = SX2Y
TREND EKSPONENSIAL
(LOGARITMA) :
Ada beberapa jenis trend yang tidak
linear tetapi dapat dibuat linear dengan jalan melakukan transformasi
(perubahan bentuk). Misalnya, trend eksponensial :
Y’
= abx dapat diubah menjadi trend semi log: log Y’ = log a + (log
b)X;
log
Y’ = Y’0; log a = a0 dan log b = b0. Dengan demikian, Y’0 = a0
+ b0X, dimana koefisien a0 dan b0 dapat dicari
berdasarkan persamaan normal.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Korelasi
merupakan hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang satu dapat
mempengaruhi eksistensi kejadian yang lain, Misalnya kejadian X mempengerahui kejadian
Y. Apabila dua variable X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variable X yang
sudah diketahui dapat dipergunakan untuk memperkirakan/menaksir atau meramalkan
Y. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan/taksiran mengenai terjadinya suatu
kejadian(nilai suatu variabel) untuk waktu yang akan datang. Variable yang
nilainya akan diramalkan disebut variable tidak bebas (dependent variable),
sedangkan variabel C yang nilainya dipergunakan untuk meramalkan nilai Y
disebut variable bebas (independent variable) atau variable peramal (predictor)
atau seringkali disebut variable yang menerangkan (explanatory).
Jadi jelas analisis
korelasi ini memungkinkan kita untuk mengetahui suatu di luar hasil penyelidikan,
Salah satu cara untuk melakukan peramalan adalah dengan menggunakan garis
regresi. Untuk menghitung parameter yang akan dijadikan dalam penentuan
hubungan antara dua variabel, terdapat beberapa cara, yaitu: koefisien
detreminasi, koefisien korelasi. Apabila terdapat data berkelompok menggunakan
koefisien data berkelompok dan bila menggunakan data berganda maksudnya
variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat ada dua, maka menggunakan
koefisien berganda.Sedangkan regeresi di bagi menjadi dua, yaitu regresi linier
dan regresi non linier. Dimana regresi linier juga dibagi menjadi dua yakni
regresi linier sederhana dan regresi linier berganda
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ikbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 2.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana. 2005. Metoda
Statistika. Bandung: Tarsito
Blog Anda memang standar tampilannya namun cukup bagus untuk mata kuliah statistika dasar. Karena untuk mata kuliah statistika dasar ini lebih ke rumus, sehingga penggunaan background terang dan warna teks hitam adalah pilihan yang tepat. Apabila terlalu banyak variasi warna yang digunakan di posted box, pembaca akan kurang fokus terhadap isi postingan Anda.
BalasHapusSekian dari saya.
Kunjungi
http://ardi-statistics.blogspot.com/
Terima kasih
ok. thanks masukannya :)
HapusMakasih postingannya, dan sangat membantu mempelajari statistika
BalasHapusiya sama-sama :)
Hapusmksh....mmbntu bgt
BalasHapusiya sama2 :) semoga dapat membantu ya
HapusHow To Make Money Using A Positit/Betting Account - Work
BalasHapusFor example, if 바카라 사이트 you want to make money betting with a bookmaker, 제왕카지노 it is important หาเงินออนไลน์ to know that you should never place bets with a bookmaker.